Prolog
Bulan sabit menyinari langit malam. Genangan air dibawahnya memantulkan
cahayanya. Kepulan-kepulan kadang membuatnya tampak redup. Sambil memikirkan
dirinya dengan keinginan egois mereka. Manusia-manusia berjalan melewatinya.
Dunia ini mulai hancur. Penderitaan jadi ancaman setiap orang. Di saat
seseorang mulai putus asa, mereka akan melakukan apapun untuk mengakhiri
penderitaannya. Keadaan dimana hanya itu yang bisa seseorang lakukan.
Seperti seekor burung yang kehilangan telur-telur dan sarangnya karena
dimakan pemangsa. Disaat burung itu kehilangan telur untuk ketiga kalinya ia
kehilangan arti hidupnya.
Kemudian….
Dengan sengaja ia mendekati pemburu yang sudah siap menembak.
Tanpa mengetahui penyebab akan keributan yang terjadi. Di tengah-tengah
kehancuran ini, manusia yang masih bertahan mencoba untuk mengembalikan keadaan
seperti sedia kala. Manusia memang
kuat, tapi kekuatan itu justru yang membuat
mereka lemah.
Manusia yang bisa mengatasi kelemahan mereka dengan mengendalikan
kekuatannya, merekalah yang akan mengakhiri kehancuran ini. Mereka diberi
kekuatan yang besar, tidak lain adalah untuk menguji kemampuan manusia dalam
mengendalikan kekuatan yang besar itu.
Kekuatan itu tersebar ke berbagai belahan dunia. Masuk ke dalam jiwa
manusia yang sedang goyah.
Untuk menolong mereka sekaligus menguji kuatnya hati
mereka.
Sinopsis
Aku Rivie Arnawa, lelaki berusia 16 tahun yang putus sekolah.
Sebuah bencana menimpa negaraku, bukan hanya Negara, tapi seluruh dunia.
Ibuku telah lama tiada. Ayahku meninggal oleh sebab bencana tersebut.
Hal itu membuatku mengurung diri selama sepuluh bulan.
Sebelum akhirnya aku bertekad memutus urat nadiku, di depan sebua cermin, bayang-bayangku
mendadak menggenggam lenganku.
0 comments:
Post a Comment