728x90 AdSpace

Latest News

Monday, July 13, 2015

Last Mirror Chapter 5

“Adigang, Adigung, Adiguna, Adiwicara.” (Last/Mirror V)

Chapter V ‘Pengguna Topeng bag.5’

Tanpa pikir panjang aku langsung keluar menuju rumah terbakar itu. Mungkin aku sudah tidak sempat menolong penghuni rumahnya. Kalau begini lebih baik bagaimana?

“Hei R, menurutmu lebih baik padamkan apinya dulu atau lawan iblisnya?” tanyaku.

“Itu pilihanmu sendiri, kalo aku sih tinggal membantu aja,” katanya lalu menungguku berbicara.

“Ya, kalau padamkan apinya, pakai apa? Jadi kita lawan iblisnya secepat mungkin sebelum apinya merambat kemana-mana.”

“Oke, itu keputusanmu.”

“Baiklah!”

“Hei!!!.... Wahai iblis api! Apa kau mendengarku?” lanjutku berteriak.

Kobaran api itu makin membesar. Sepertinya iblis itu mendengar teriakanku. Kulanjutkan teriakanku lagi.

“Hei kau dengar tidak? Apa kau akan terus bersembunyi di dalam kobaran api itu?”

Kobaran api itu membesar lagi, dan nampak berubah menjadi wujud asli iblis itu.

“Hahahahaha siapa yang berani menantangku hah?”

Tawa panjang yang muncul dari balik api itu. Tunggu dulu, dia bisa berbicara? Apa bahasa kami sama?

Apapun itu, yang jelas…, dia terasa berbeda dari iblis yang pernah kutemui.

“Disini! Keluarlah jika kau ingin membunuhku,” aku mengatakan sesuatu yang cukup berani.

“Baiklah, kuharap kau tidak menyesal sudah menantangku, hahaha,” ujarnya.

Kobaran api itu tiba-tiba berubah. Beralih menjadi wujud lain. Bentuknya sekarang tampak menjadi iblis bertanduk, bertubuh besar, berwarna merah, dengan ekor yang lumayan panjang.

“Heh cuma anak kecil rupanya, untuk apa kau kesini?” dia bertanya dengan sombong.

“Tentu saja, untuk mengalahkanmu karena kerusakan yang kau perbuat.”

“Anak kecil yang sendirian sepertimu mengalahkanku? Beneran? Hahaha!”

Dasar, dia membuatku kesal, tapi dia benar. Mungkin aku akan kesusahan melawannya jika sendirian. Tapi aku tidak sendirian, aku bersama R.

“Kalau begitu kita mulai, tapi sebelum itu aku ingin kau mematikan apinya,” kataku berusaha mengambil untung.

“Hahaha oke, tak masalah untuk bocah sepertimu.”

Kalau dia memang benar-benar meremehkanku, pasti begini.

Api yang melalap rumah itu langsung padam seketika. Baguslah, kalau begini hanya tinggal menangani iblisnya saja.

Aku langsung mengeluarkan pisauku dari saku celana.

Dengan cepat ku arahkan pisauku pada iblis itu. Namun dia menghindar dengan gerakan yang lebih cepat dibanding diriku.

“Hahaha boleh juga gerakanmu tadi, kali ini kau yang akan kutebas,” katanya.

“Dia sangat cepat,” batinku

“Cepat pakai topengmu, dan jangan meremehkannya! Biarkan aku membantu,” ujar R.

Baiklah. Aku menuruti perkataan R, aku memakai topengku yang hanya setengah bagian itu. Cahaya menyelimuti tubuhku, R yang tadi dibelakangku menghilang bersamaan dengan munculnya cahaya. Topeng kami bergabung menjadi satu.

“Oh seorang pengguna topeng ya? Jadi, apa kau sudah siap menerima seranganku?”

“Hah! kapan saja aku pasti-“

Tiba-tiba tebasan pedang apinya mengenai bagian belakang bajuku.

Dia memang benar-benar cepat.

“Beruntunglah karena kau seorang Maschter, kalau bukan, pasti kau sudah terbelah dua.”

Entah dia memuji atau menyindir diriku. Tapi ini benar-benar…, punggungku terasa terbakar.
Perih sekali.

“Sial bagaimana caraku mengalahkannya?” batinku.

“Tahan sebentar Riv, sementara aku akan mencari cara.”

Kelihatannya R mencoba berpikir. Memang, untuk melancarkan satu serangan kepadanya sudah sangat susah. Kalau aku berpikir untuk mengalahkannya, mungkin masih jauh dari itu. Kelihatan tidak mungkin. Apa yang harus kuperbuat?

“Apa yang kau gumamkan dari tadi, HAH!?”

Lagi-lagi dia menyerangku dengan sangat cepat. Dan tiba-tiba serangannya mengenai tanganku sehingga pisauku harus terlempar ke belakang. Kupanggil lagi pisauku itu.

“Haha sepertinya kau punya banyak senjata ya!?” ujarnya.

Tunggu…, banyak? Langsung aku menoleh ke belakang. Ya terlihat pisauku yang terlempat tadi, dan aku bisa memanggil satu lagi. Apa aku mampu menggandakan sesuatu yang aku bayangkan?

Ngomong-ngomong, pisau yang terlempar itu pisau yang ku pakai untuk bunuh diri. Artinya pisau yang pertama kali kupanggil saat itu, adalah pisau yang berbeda. Pisau yang kuasah dengan ‘Minjak Asah Kang Mahmoed’ berbeda dengan yang barusan kugunakan.

“Jadi seperti itu ya…,” kataku tersenyum kecil.

“Apa ada yang lucu, bocah?”

“Tidak ada.

“Hahaha, apa yang akan kau lakukan sekarang?”

“Kau sudah menemukannya, bukan begitu, Riv?”

“Ya akhirnya kutemukan ability ku.”

Kutatap mata iblis itu dari tempatku berdiri “Kali ini pasti kena,” lanjutku.

Kupanggil pisau sebanyak mungkin. Satu menjadi dua. Dua menjadi empat. Empat kemudian menjadi delapan, sebanyak mungkin! Pisau-pisau itu satu per satu muncul di sekitarku. Entah mengapa gravitasi tidak berlaku kepada pisau-pisau yang baru terbentuk itu. Mereka melayang seraya makin bertambah.

“Apa-apaan!?” kata iblis itu terkejut.

“Biar kuberitahu kemampuanku! Gandakanlah! Doubler!”

Pisau-pisauku menggandakan dirinya hingga mencapai angka enam puluh empat. Ya, sepertinya hanya sebanyak ini yang kubisa…. Kemudian dengan kecepatan tinggi, keenam puluh empat pisauku melesat mengenai kaki dan dadanya. Kuejek dirinya sambil tersenyum.

“Bagaimana menurutmu iblis!? Apa ada yang mau kau katakan!?”

“Argh-ghahaha, t-tentu saja ada!” ujarnya ikut memasang senyum, “Jujur saj-ja…, a-aku tidak menyangka kehebatanmu, d-d-dan….”

“Dan apa?” aku memotong kata-katanya.

-Aku harus pamit dulu, dan sebelum itu....”

Aku merasakan sesuatu yang tidak enak. Seperti, iblis ini akan mengeluarkan kekuatan penuhnya. Tekanan udara di sekitarku mulai berubah.

……………………………….“Selamat Tinggal.”

Huh? Dia menghilang.

….

“AAAAArrrhghagGGH!!!!”

“A-A-A-APA INI!!!??”

Pedangnya…, pedang apinya…!

Pedangnya menusuk dadaku….

“BAGAIMANA BOCAH!!?? Dengan ini cukuplah dirimu untuk tidak mengangguku lagi!!!”

Mulutku mengeluarkan darah. Aku tidak bisa menjawab perkataannya. Rasa panas dari pedangnya mencapai kepalaku. Aku rapatkan gigiku untuk menahan rasa sakit yang luar biasa ini.

Tiba-tiba terdengar sebuah suara. Suara seperti korek api yang dinyalakan. Namun seketika menghilang dalam sekejap.

Sepertinya, tubuhku terbakar. Ia membakarku dengan mudah seperti memberi api pada kertas yang sudah menyerap bensin.

Iblis itu sepertinya mencabut pedang dari tubuhku lalu pergi.

Tubuhku dibiarkan tergeletak begitu saja. Dia memang bukan iblis biasa. Siapa sebenarnya?

Beginikah akhirku? Dengan mulut yang penuh darah. Tubuh yang terbakar api. Mataku terpejam bersamaan dengan munculnya matahari.
no image
  • Title : Last Mirror Chapter 5
  • Posted by :
  • Date : 9:46 PM
  • Labels :
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 comments:

Post a Comment

Top